Dimensi Bencana di mata orang beriman
Dimensi Bencana Di Mata Orang Beriman
Sungguh
beberapa tahun belakangan ini Bangsa Indonesia terus-menerus dirundung berbagai
cobaan dan ujian, baik itu terjadinya bencana longsor, banjir, tsunami, dan
gempa bumi yang beberapa bulan lalu terjadi di Jawa Barat dan Padang Sumatra
serta beberapa daerah Indonesia lainnya.
Tentu ini semuanya terjadi tidak
secara kebetulan dan berlalu begitu saja tanpa sebab-akibat dan tujuan tertentu
dari Sang Penguasa Alam Semesta. Berbagai kerusakan dan bencana yang terjadi di
beberapa belahan bumi ini secara ilmiah terjadi diakibatkan oleh keserakahan
manusia yang ingin enak sendiri dengan mengeksploitir berbagai sumber kekayaan
yang ada di alam ini tanpa mempertimbangkan ekosistim dan keseimbangan alam.
Pantas Alloh SWT telah mewanti-wanti akan terjadinya berbagai kerusakan di muka
bumi ini akibat perbuatan manusia. Bagaimana tidak akan terjadi gempa kalau
setiap hari semua isi yang ada di dalam perut bumi berupa air, batubara,nikel,
emas, minyak, bensin, sampai gas alam terus diambil? Di lain pihak gunung
digunduli dan dipugar diambil batu dan pasirnya, pepohonan penyeimbang
ekosistim ditebang membabi buta, dan lingkungan dicemari oleh berbagai kreasi
manusia? Manusia tidak mempunyai kepedulian menjaga lingkungan, bahkan hanya
ingin menikmatinya saja hari ini tanpa memikirkan anak cucu di masa mendatang.
Bersyukur akhir-akhir ini mulai timbul kesadaran akan pentingnya menjaga
ekosistem dan lingkungan alam sekitar, setelah mulai merasakan dampak pemanasan
global (global warning).
Berbagai bencana tersebut sudah pasti
mengikuti hukum sebab-akibat yang berlaku dan merupakan sunnatulloh di alam
semesta yang akan menjadi media
pembelajaran bagi setiap manusia agar selalu melek terhadap Tuhannya,
sekaligus arena pembuktian kekuasaan Sang Raja Kuasa, yaitu Alloh Ta’ala yang
tidak akan mampu seorangpun mencegahnya. Di balik alam semesta nan luas ini
terbendang ladang penghambaan setiap hamba-Nya agar selalu ingat serta
mengembalikan segala sesuatunya kepada-Nya. Sesungguhnya kita semua milik-Nya
dan kita semua akan kembali kepada-Nya. Pada kenyataannya, ada yang mampu
kembali kepada-Nya dengan selamat dan husnul-khotimah, ada sebagian manusia
malah tersesat dan tidak mampu untuk kembali kepada-Nya diakibatkan berbagai
perbuatan dosa yang dilakukannya ketika masih hidup di dunia.
Bencana-bencana alam yang terjadi
sekarang ini perlu diyakini sebagai peringatan sekaligus ujian dari Alloh SWT
bagi pembelajaran Bangsa Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik, menuju
baldatun wa robbun ghofur, gemah ripah loh jinawi. Seperti ditegaskan dalam
Al-Quran surat Al-Baqoroh: 155-157, yang artinya : "Dan sungguh akan kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang
Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk".
Berbagai
bencana yang terjadi dan menimpa sekarang, baik terjadi karena sunnatulloh yang
tidak kuasa mencegahnya maupun yang berkaitan dengan sebab-akibat perbuatan
dosa kita
, semuanya merupakan
takdir Alloh yang harus diimani dan diterima dengan ridho terhadap kehendak-Nya
disertai sikap sabar yang akan menumbuhkan optimisme hidup. Sehingga dapat
menghadapinya dengan penuh ketenangan dan menjadi nikmat baginya serta dapat
menghapus berbagai dosa yang pernah dilakukan, bukan sebaliknya menjadi siksaan
dan kutukan yang menjadikan hati tidak tenang penuh emosi serta berbagai keluh
kesah yang tidak berarti.
Dimensi
Musibah
Ketika
terjadi berbagai musibah terhadap diri kita, apa yang sepatutnya diperbuat dan
bagaimana mensikapinya sebagai seorang yang beriman kepada Alloh SWT? Sebagai
orang beriman sudah pasti perlu merujuk dan mendasari perbuatan kita dengan
Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup yang akan menyelamatkan kita, baik di
dunia maupun di akherat.
Menurut
Al-Quran dan Sunnah suatu musibah yang terjadi dalam hidup ini l mempunyai
berbagai dimensi yang harus ditafakkuri, diantaranya adalah :
1.
Musibah terjadi
sebagai hukuman Alloh atas berbagai perbuatan dosa yang dilakukan manusia
terhadap Alloh dan melanggar segala perintah dan larangan-Nya. Seperti Alloh telah
melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi, malah manusia merusak
ekosistim alam yang sudah ditata sedemikian rupa oleh Sang Maha Pencipta.
Disuruh berbuat adil, malah tidak adil, disuruh jangan mengikuti hawa nafsu
malah mengikuti hawa nafsu, dan berbagai perbuatan lain yang seharusnya tidak
layak dilakukan. Maka Allohpun berfirman:
“ Dan hendaklah kamu
memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah
diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah
diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan
Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.(
Al- Maidah: 49).
Tidaklah sekali-kali Alloh menyiksa dan
menurunkan azab atau musibah, kecuali semuanya itu diakibatkan perbuatan
manusia itu sendiri; apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,
dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi
saksi. (An-Nisa : 79),
demikian
itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hamba-Nya,( Al-Anfal:51).
2.
Musibah yang
terjadi adalah sebagai penghapus berbagai dosa yang dilakukan selama hidup di
dunia, sehingga kelak di akherat tidak diperhitungkan lagi dosa tersebut. “
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu.”, demikian tegas Alloh dalam surat Asy-Syuro:30.\
Bahkan lebih jauh lagi Baginda Rasululloh
SAW menegaskan bahwa berbagai musibah tersebut merupakan kasih sayang-Nya, demi
menyelamatkannya dari siksa di akherat kelak. Sebagaimana disebutkan :” Apabila
Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukanlah baginya hukuman
di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila
Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya
(membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada
hari kiamat “ (HR.Turmudzi).
3. Musibah yang
diturunkan Alloh adalah merupakan ujian dalam rangka meningkatkan kualitas
taqwa seorang hamba di sisi Tuhannya. Tidaklah sekali-kali seorang manusia
mengatakan beriman kepada Alloh kecuali Alloh akan mengujinya terlebih dahulu.
Bahkan bagi orang-orang beriman dan orang-orang soleh berbagai cobaan itu lebih
berat ditimpakan kepadanya, sebagai tanda kecemburuan Alloh kepadanya agar
tidak berpaling dari-Nya dalam berbagai hal. Semakin tinggi derajat keimanan
seseorang, maka akan semakin tinggi pula cobaan serta ujian yang akan
ditimpakan alloh kepadanya. Bahkan Rasululloh SAW pernah bersabda; “ Manusia
yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang terbaik
lalu yang terbaik; seseorang diuji sesuai dengan tingkat agamanya. Dan tidaklah
ujian itu menimpa seorang hamba hingga Dia membiarkannya berjalan di bumi tanpa
kesalahan” (HR. Al-Buhori).
“Sesungguhnya
orang-orang soleh akan diperberat (musibah) atas mereka.Dan tidaklah seorang
mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari
itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan akan ditinggikan derajatnya”
(HR.Ahmad).
Bersyukurlah kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang
dikasihi Alloh dan diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, tidak seperti
umat-umat para Nabi lain yang hidup sebelum kita yang ditimpa musibah seketika
sebagai balasan atas berbagai dosa yang diperbuatnya, sehingga tidak ada
kesempatan untuk bertaubat. Ketika umat Nabi Nuh berbuat dosa, diazablah dengan
air bah besar dan seketika itu pula sebagian umatnya ditelam air. Ketika umat
Nabi Luth berbuat dosa, maka oleh Alloh dibalikkanlah bumi sebagai tempat
kuburan mereka, dan umat-umat lainnya yang ditimpa azab secara langsung di
dunia ini.
Marilah kita memperbanyak istigfar dan meminta ampun kepada
Alloh laksana Sang kinasih Muhammad yang dijamin masuk surga, malah
bengkak-bengkak kakinya akibat banyak sujud dan meminta ampun kepada Alloh.
Apalah kita sebagai manusia yang tidak luput dari dosa-dosa setiap saat: diberi
nikmat tidak syukur, diberi hidup tidak dimanfaatkan, dan diberi kesempatan
malah tidak digunakan untuk cepat bertaubat. Astagfirulloh ya ghoffar yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.Marilah berpegang teguh dengan tali Alloh dimanapun
berada supaya dilindung oleh-Nya selamanya. Amin. (Dikutip dari berbagai sumber
).
Comments
Post a Comment