Budaya Instant ?


Ada suatu fenomena manusia di abad sekarang yang selalu mempunyai kecendrungan budaya instant, sejak apa yang di makan dan di minum sampai hal yang berkenaan menuntut ilmu dan mencari pekerjaan. Lebih parah lagi bahkan sudah menjadi label bahwa “instant” identik dengan modern dan  kemajuan peradaban, sehingga tidak dikatakan modern dan maju jika belum dikatakan lebih cepat , praktis, dan instant.
            Baikkah itu? Sudah pasti  ada sisi baiknya dengan tujuan lebih memudahkan kehidupan manusia. Ambil contoh untuk mengirim uang ke saudara yang berada di luar negri, sekarang tinggal  klik kartu ATM anda dalam hitungan menit sudah bisa pindah uang anda ke rekening saudara yang berada di luar negri. Termasuk kalau ingin bersilaturahmi dan berbicara dengan saudara tersebut tidak perlu susah dengan mengirim surat dan menunggu balasan berbulan-bulan, tinggal buka internet  anda bisa langsung call-free dan langsung berbicara berhadapan dengannya. Dengan internet berbagai hal yang tadinya sulit dapat dipermudah dan dipercepat prosesnya, dunia semakin mengglobal, transparant, dan semakin terasa dekat. Pokoknya segala apa yang diinginkan untuk diketahui dan dilakukan tinggal klik Mang Google dan Mang Yahoo, pasti deh dikasih dan diberitahu. Sampai- sampai kata sahabat penulis Mas Subhan waktu itu bagaikan kilatan yang lari didepan kita, apalagi di bulan romadhon sambil menunggu maghrib tidak terasa lama ketika berhubungan dengannya, eh… hampir-hampir lupa segalanya. Untung kalau lupa makan-minum bisa mengirit, kalau sampai lupa sholat? Masya Alloh ini pasti dicap keterlaluan deh! Masa demikian? Ya iya lah cobalah sendiri, penulis doakan semoga tidak ketagihan apalagi sampai kecanduan.
            Kalau budaya instant yang ingin serba praktis dan cepat itu diterapkan untuk mencari ilmu sudah pasti lebih baik, bahkan para ahli Booby T.Potter telah mencoba metode Quantum learning bagi para siswa dengan harapan cepat menguasai bidang ilmu tertentu. Begitu juga bagi para gurunya diterapkan metode Quantum Teaching agar mereka mampu mengajar dengan cepat dan praktis kepada para muridnya dengan hasil yang maksimal. Suatu pekerjaan dianggap professional dan berkualitas kalau mengandung unsur efektivitas dan efisiensi serta ada relevansinya dengan kebutuhan primer yang direncanakan. Apalagi dalam bidang ekonomi yang cendrung kepada perolehan laba dan keuntungan, sangat meemerlukan proses diatas bahkan mampu menghasilkan berbagai produk instant yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat.
            Tidak salah dan sangat tepat kalau Sayyidina Ali, kw. yang dikenal pemberani dan menjadi pintunya segala  ilmu pernah meminta kepada Rasululloh saw: “ Wahai rasululloh! Tunjukilah aku jalan yang paling cepat dan praktis untuk sampai kepada Alloh (ma’rifat dan mahabbah kepada-Nya). Apa jawaban Rasululloh saw ketika itu? Anda harus mendawamkan Dzikrulloh setiap waktu dan saat”. Sebegitu praktis dan cepatnya untuk bisa sampai kepada Alloh? Ya, itulah yang disebut dengan istilah sekarang dengan Quantum ibadah kepada Alloh. Bahkan para sufi menerangkan dengan gamblang manfaat dan hikmah dari Dzikrulloh ini, diantaranya sebagaimana diterangkan oleh Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin dalam kitab MiftahussudÅ«r  bahwa di antara faidah Dzikir itu ialah :
1.      dapat memperbaharui iman,
2.      dapat mengusir syaitan dari diri kita,
3.       menjadi benteng dari godaan syaitan,
4.      mendapatkan ketenangan, ketentraman dan sekaligus  menghilangkan kebimbangan, lupa dan  gundah gulana,
5.      mampu memerangi hawa nafsu,
6.      mendatangkan khusu’ dan dumu’,
7.      menyembuhkan berbagai penyakit hati dan diampuni dosa.
            Terus mengapa jadi masalah budaya instant itu? Inilah masalahnya, orang kita kadangkala cepat tanggap walaupun “salah kaprah”. Budaya instant ini dipakai dalam semua sendi-sendi kehidupan vital, tanpa mempedulikan kesahihannya dalam melaksanakannya. Ini terbukti adanya fenomena semakin banyak kaum muslimin melaksanakan sholat tarawih di bulan romadhon di mesjid tertentu dan semakin kosong dan kurang peminatnya di mesjid lainnya. Ternyata alasannya sangat masuk akal dan manusiawi katanya; di mesjid tertentu sholatnya praktis dan cepat, sedangkan di mesjid lainnya lamaa… banget dan Imamnya sangat panjang sekali bacaan suratnya. Apalagi lepas makan buka yang banyak sampai kata orang sunda “kamerkaan”, lalu sholat tarawih agak terkantuk-kantuk … pas deh kalau mencari imam sholat tarawih yang cepat. Kiasnya diibaratkan ingin pergi ke Jakarta agar cepat sampai kesana , ya harus mencari bis express yang tidak terlalu banyak berhenti.
            Tidak sampai disitu, silaturahmi yang dulu dilaksanakan setiap tahun sekali menjelang Idul Fitri, dengan berbagai alasan sekarang budaya tersebut berubah; “ kan sama aja kalau hanya meminta maaf cukup via telepon atau kalau sekedar mengucapkan selamat Idul Fitri sekarang canggih tinggal SMS dalam hitungan detik sudah sampai ke si empunya “. Kalau begitu apakah sama pahalanya dengan orang yang langsung berhadapan, bersalaman tangan, dan saling sapa dengan keharusan mengeluarkan uang lebih banyak ? Wallohu a’lam, kalau sudah berbicara masalah pahala.
            Lebih parah lagi kalau seorang siswa ingin  mendapatkan nilai baik dengan cepat dan praktis dan tidak ingin susah payah, jalan instantnya …ya menyontek dalam ulangan. Atau para pengusaha dan orang- orang tertentu yang ingin cepat kaya tanpa usaha yang berat, akhirnya menggunakan berbagai cara serta menghalalkan berbagai cara dengan tujuan agar kaya dengan jalan instant. Maka muncullah berbagai kemungkaran dan kerusakan di muka bumi seperti: budaya korupsi, manipulasi, nepotisme, pencemaran alam, pemanasan global, dan berbagai kerusakan lainnya akibat perbuatan segelintir oknum manusia. Kalau sudah terjadi demikian, tidak ada jalan lain upaya menempuh hidup ini harus “ kudu arapik tilik jeung pamilih dina nyiar kahadean jeung kabagjaan dunya jeung akherat ”. (hati-hati dalam mencari kebajikan dunia dan akherat) agar tidak sesal kemudian,itulah diantara pesan Tanbih. Wallohu a’lam.

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAH TERSEMBUNYI DALAM TANBIH

Tradisi Munggahan di Pontren Suryalaya